Djika Berpisah (puisi terakhir dari Idhan Lubis)

17 05 2010

Pro : Herman O. Lantang ( M-016-UI)

Djika Berpisah

Di sini kita bertemu, satu irama
di antara wadjah2 perkasa…
tergores duka dan nestapa,
tiada putus asa
tudjuan esa puntjak mendjulang di sana

Bersama djatuh dan bangun
di bawah langit biru pusaka…
antara dua samudra…
Bersama harapanku djuga kau
satu nafas
kita jang terhempas
pengabdian… dan… kebebasan…

Bila kita berpisah
Kemana kau aku tak tahu sahabat
Atau turuti kelok2 djalan
Atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
Hanja bila kau lupa
Ingat…

Pernah aku dan kau…
Sama-sama daki gunung-gunung tinggi
Hampir kaki kita patah-patah
Dan nafas kita putus-putus
Tudjuan esa, tudjuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada…
…Jang Maha Esa…

Dari: Idhan Lubis (MK-058-UI)
Polonia, 8 Desember 1969

sumber :
Badil, Rudy, Luki Sutrisno Bekti, dan Nessy Luntungan R.
Soe Hok-gie …Sekali lagi
Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya

Jakarta; KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) 2009
xl + 512 hlm.; 17,5 x 22 cm
ISBN-13: 978-979-91-0219-5





Mandalawangi Pangrango

17 05 2010

MANDALAWANGI – PANGRANGO

Sendja ini, ketika matahari turun
ke dalam djurang2 mu
aku datang kembali

walaupun setiap orang berbitjara
tentang manfaat dan guna
aku bitjara padamu tentang tjinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti aku terima daku

aku tjinta padamu, Pangrango jang dingin dan sepi
sungaimu adalah njanjian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
tjintamu dan tjintaku adalah kebisuan semesta

malam ini ketika dingin dan kebisuan
menjelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
dan bitjara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian,
menghadapi jang tanda tanja
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terima, dan hadapilah”

dan antara ransel2 kosong
dan api unggun jang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu
melampaui batas-batas djurangmu
aku tjinta padamu Pangrango
Karena aku tjinta pada keberanian hidup

Djakarta 19-7-1966
Soe Hok-gie
(M-007-UI)